Pages

Selasa, 23 November 2010

Who cares about anyone else

Disclaimer: Ouran High School belong to Bisco Hatori. “Who cares about any one else” belong to me. Aku mau Hitachiin Hikaru tapi bukan Kaoru. Walaupun susah untuk membedakan keduanya.
Pairing : Hika x Haru
Time Line : Saat liburan musim panas di Karuizawa

Hitachiin Hikaru POV
Tak disangka malam ternyata sudah larut. Bulan yang nampak dari balik jendela sekarang sudah membentuk bulatan penuh. Sungguh indah. Apalagi ditambah udara yang hangat terbawa oleh angin menyelinap masuk melalui celah ventilasi. Benar-benar suasana yang hanya ada kala musim panas.

Namun kenapa juga semua keindahan ini rusak seketika. Hanya karena laki-laki itu. Laki-laki bodoh dari masa lalu Haruhi. Datang tanpa diundang. Tiba-tiba saja muncul disaat para anggota host club sedang bersenang-senang. Dengan membawa cerita lamanya. Dia seenaknya mengalihkan semua perhatian kearahnya. Terutama haruhi.

Apa enaknya sih mengenang masa lalu. Bukankan kita hidup dimasa sekarang. Yang kita hadapi juga bukan masa lalu. Lagipula masa lalu hanya akan mengorek luka lama. Dan ujung-ujungnya sakit hati. Atau apapun yang buatku semuanya mengarah ketidakasikan.

“Apa yang sedang dia coba katakan?”, gumamku yang duduk di bar bersama Kaoru. Jauh bersebrangan dengan Haruhi dan teman lamanya-Arai. “Untuk apa dia kesini.”

“Tiba-tiba saja kamu menjadi pengkritik.” Kyoya menimpali. Tapi aku tidak meresponnya.

“Keliatan sekali kalau dia suka dengan Haruhi.”, aku sedikit melirik kearah tempat mereka. Sengaja aku meninggikan nada bicara. “Dan sikapnya itu. Sangat menjijikan.”

“Diam Hikaru!”, Haruhi bangkit dari duduknya. “Itu tidak lucu”

“Sudahlah. Tak apa. Lagipula dia benar. Tentang aku suka dengan Fujioka chan.” . kata-kata Arai barusan benar-benar membuatku mati telak. Semua yang ada diruangan itupun melihatkan tampang terkejutnya. Termasuk Haruhi yang juga sejak dulu tidak tahu. Untuk mengalihkan keterkejutanku. Aku meminum kembali gelas yang tak kusadari hanya tinggal berisi es.

Kemudian Tamaki, Kyoya, Mori dan Honey senpai dengan semangatnya menghampiri tempat duduk Haruhi dan Arai. Mereka benar-benar ingin mengetahui asal muasal perasaan Arai.

Tamaki menawariku untuk bergabung bersama mereka. Mendengarkan cerita masa lalu itu.

“Tidak usah. Aku tidak tertarik. Sangat bodoh untuk membicarakan masa lalu.” , tolakku. “apakah laki-laki itu tidak tahu kalau Haruhi sama sekali tidak mengindahkan perasaanya. Tidak ada ruang untuknya untuk masuk kedalam~” Belum sempat kata-kataku terselesaikan. Haruhi sudah mengayunkan tanganya kearahku. Dan aku ditampar didepan semuanya.

“Kamu tidak berhak berkata begitu. Sudah habis kesabaranku.Dari tadi kamu hanya mengejek temanku.”, aku baru melihat Haruhi benar-benar marah. Baru kali ini. Dan ini membuat emosiku juga memuncak.

“Apa? Apa peduliku.”,“ Apakah kita bukan temanmu!”, aku memalingkan muka menghadap Haruhi dan ah.. aku tidak bisa. Wajahnya membuat bibirku tak bisa bergerak. Dia terlihat tercengang atas reaksiku.

Akupun berlari menaiki tangga menuju kamarku. dan menjatuhkan diri diatas kasur. Aku tidak mengerti kenapa aku melakukan itu semua.

Tak lama Kaoru menghampiriku. Dia menenangkanku. Baru setelah itu dia memberitahuku Arai akan pulang dan dia memintaku untuk meminta maaf kepada Arai. Tentu saja aku menolaknya. Walaupun sebenarnya Kaoru terlihat lebih rasional menghadapi Arai. Aku juga tahu Kaoru punya perasaan yang sama denganku saat itu. Tapi aku merasa malu atas apa yang barusan aku lakukan. Aku tak sanggup .

Tiba-tiba Kaoru memintaku melepaskan baju. Aku yang sudah tidak peduli apapun. Hanya menuruti apa yang diminta Kaoru. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Kemudian dia memakai baju yang sudah aku lepaskan. Dan tergesa-gesa berlari meninggalkan kamar.

Entahlah apa yang dia sedang lakukan. Aku melihat kearah luar dari jendela. Disana teman-teman yang lain mengantarkan Arai keluar. Tapi, tunggu. . aku bisa melihat sosok laki-laki mirip denganku berada disana. Berdiri persis disebelah Haruhi. Dia sempat mengatakan sesuatu dengan Arai. Yang hanya ditanggapi senyuman Arai. Dasar Kaoru, aku tahu maksudmu sekarang.

Aku mengerang. Hanya mengerang penyesalan. Karena aku sama sekali tak punya keberanian untuk meminta maaf atas kesalahanku pada Arai. Walaupun dimata yang lain aku sudah berbesar hai meminta maaf. Tetapi itu tetaplah bukan aku. Itu hanya Kaoru yang berpura-pura.

0 comments:

Posting Komentar