Namun tauhkah kau, aku di sini seperti hujan bulan Juni yang merahasiakan rintik rindunya kepada pohon berbuah itu. Tapi begitulah hujan bulan Juni, dia selalu menyimpannya atau sekedar menyelipkan perasaan di sela membaca kembali pesan lama. Hingga semua diselesaikannya dengan tidur.
Karena rasa yang membuncah itu tak akan pernah sampai dengan tepat. Kalaupun dia kirimkan berjuta kata rindu pada kekasihnya. Tak akan pernah bisa membuat kekasihnya mengerti. Karena ini rindu. Hujan bulan Juni-pun hanya bisa menghapuskan jejak-jejak keraguan dihatinya tentang kekasihnya.
Karena rasa yang membuncah itu tak akan pernah sampai dengan tepat. Kalaupun dia kirimkan berjuta kata rindu pada kekasihnya. Tak akan pernah bisa membuat kekasihnya mengerti. Karena ini rindu. Hujan bulan Juni-pun hanya bisa menghapuskan jejak-jejak keraguan dihatinya tentang kekasihnya.
Begitulah hujan tak pernah lelah untuk membiaskan yang tak terucapkan. Seperti lagu lama, yang hanya bisa berkata, "Kalau kau ingin tahu bagaimana rasa ini, belahlah dadaku." Disanalah ada banyak gumpalan-gumpalan rindu yang menyatu. Bisa saja meledak sewaktu-waktu hanya tinggal menunggu waktu. Berupa tangis, marah, ataupun manja.
Karena itu kalau aku bilang rindu ya rindu, tanpa kurang ataupun lebih.