Pages

Rabu, 13 Agustus 2014

Cerita Mahasiswa Akhir

Setelah sekian lama, lama sekali, tidak mengunjungi dan mencoret-coret blog ini, sampailah aku pada titik dimana aku tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menulis ini. Aku tahu setiap orang akan mempunyai masa puncak dan terendah-nya masing-masing. Namun yang masih aku belum paham sampai saat ini apakan sekarang adalah masa terendah ku? Aku akan mencoba menceritakan sedikit kondisi ku sekarang. Saat ini aku sudah semester delapan menuju semester sembilan. Tentu, untuk orang yang sedang menempuh studi S1, masa studi sampai 8 semester masih dianggap wajar. Saat ini tepat saat aku menulis, aku sedang sangat mencoba untuk menyelesaikan skripsi ku. Sebenarnya tidak terlalu buruk, karena aku sudah menyelesaikan skripsiku hampir 95%.  Ya, aku hanya tinggal menyelesaikan 5 %-nya. Namun, yang menjadi kendala saat ini adalah faktor x yaitu dosen pembimbing. Dosen yang sekarang membimbing sedang sibuk-sibuk nya. Aku sendiri hanya bisa pasrah dan terus berprasangka baik apapun yang terjadi. Semoga aku masih bisa wisuda bulan oktober nanti. Semoga bisa membahagiakan orang-tua. Semoga setelah ini tentu dimudahkan jalan ku untuk mendapatkan pekerjaan yang berkah. Amin.

 

Kamis, 10 Oktober 2013

None

Inilah termpat akhir untuk disinggahi tanpa harus berpikir panjang. Aku sungguh tidak tahu kemana lagi harus menumpahkan segala rasa yang silih berganti tanpa henti. Senang, sedih, kecewa, malu, sampai rindu. Aku merasa tak pernah benar-benar menceritakan semua kisahku kepada seseorang (entahlah, mungkin kecuali dia). Karena dunia ini terlalu banyak abu-abunya.Ya, kita kan tidak tahu siapapun yang dihadapan kita. Sepercaya apapun kan kita juga tidak boleh bodoh untuk percaya buta, ya toh? Apalagi cerita tentang segalanya. Tidak ada yang menjamin semuanya akan tersimpan, atau barangkali ceritamu itu yang nantinya akan membunuhmu sendiri mengalahkan ganasnya pedang. 

Aku tak pernah meragukan pertemenanan atau sejenisnya, bukan. Bahkan aku bisa saja lebih sayang ke temanku daripada yang lain tapi tentunya dengan caraku. Aku setidaknya tahu porsinya yang mana yang bisa diceritakan ke teman mana yang tidak. Khusus buatku sendiri, aku hanya memberi sedikit sekali cerita tentang diriku. Karena mungkin aku sejatinya cenderung ke introvert. Jadinya semuanya aku pendam. Masalaha datang, dihadapi, dipikirkan jalan keluarnya. Maih susah? paling mentok tanya bapak ibu. Ndak perlu ribet. Kalau olif ribet berarti olif lagi cari perhatian.

Kamis, 12 September 2013

Lagi-lagi bersua rindu

Kenapa kau selalu datang wahai rindu? Disaat malam dengan gelapnya dihujani cahaya bulan, di malam seterang ini. Kau datang dengan membawa tanda tanya. Sedang apakah kau di sana? Kenapa tidak mengirimiku ucapan selamat malam seperti biasanya. Adakah sesuatu? atau adakah yang salah denganku? Kurasa bukan aku, pikirku. Mungkin saja kau tertidur setelah sibukmu itu. 

Namun tauhkah kau, aku di sini seperti hujan bulan Juni yang merahasiakan rintik rindunya kepada pohon berbuah itu. Tapi begitulah hujan bulan Juni, dia selalu menyimpannya atau sekedar menyelipkan perasaan di sela membaca kembali pesan lama. Hingga semua diselesaikannya dengan tidur.

Karena rasa yang membuncah itu tak akan pernah sampai dengan tepat. Kalaupun dia kirimkan berjuta kata rindu pada kekasihnya. Tak akan pernah bisa membuat kekasihnya mengerti. Karena ini rindu. Hujan bulan Juni-pun hanya bisa menghapuskan jejak-jejak keraguan dihatinya tentang kekasihnya. 

Begitulah hujan tak pernah lelah untuk membiaskan yang tak terucapkan. Seperti lagu lama, yang hanya bisa berkata, "Kalau kau ingin tahu bagaimana rasa ini, belahlah dadaku." Disanalah ada banyak gumpalan-gumpalan rindu yang menyatu. Bisa saja meledak sewaktu-waktu hanya tinggal menunggu waktu. Berupa tangis, marah, ataupun manja. 


Karena itu kalau aku bilang rindu ya rindu, tanpa kurang ataupun lebih. 

Kamis, 05 September 2013

Jealousy

Entahlah mungkin ini yang  kau rasakan ketika berada posisi yang sama denganku sekarang. 


Tetapi tetap saja aku yang ingin cepat selesai dan kamu yang selalu menenangkan diri dulu untuk menyelesaikannya membuat kita terpaut jauh. Akhirnya aku yang diam atau kamu yang meladeniku untuk bertengkar. Dan kemudian kita akan beralih seperti biasanya. Mengakrabi masing-masing lewat dering pesan atau sekedar berkirim pesan suara.

Untuk beberapa waktu kedepan mungkin bisa menyeimbangkan dengan begini. Namun lain kali kita perlu tahu titik temu kita yang lebih baik dari ini.

Selamat malam untukmu yang sedang melepaskan kegelisahan bersama duniamu. Besuk mungkin aku terlalu malu dan jual mahal untuk sekedar kembali menyapamu.