Ada getir dihati yang tak sempat
kukirimkan padamu. Bukan karena semua terasa berbeda seperti pasangan yang
sedang memudar warnanya. Namun, aku terlalu tahu, betapa sabar kau menerimaku
sebagai diriku yang seutuhnya, bukan karena kekurangan atau kelebihan. Aku
tahu, kau sudah banyak menyimpan luka-luka kecil yang sering kusayatkan tanpa
sengaja padamu. Mulanya aku yang merasa terluka berat, padahal mungkin saja
tidak. Dan tanpa sadar aku mulai menyayat hatimu perlahan, mungkin dihati bagian
atas atau bawah kanan.
Maka perasaan getir inipun segera
kutelan lagi. Akan kucoba, tersenyum, pun didepanmu. Aku tahan. Rasanya ingin
keluar, tapi kurasa tidak. Tak akan kubiarkan getir ini merasuki-ku dan
kemudian melukaimu. Lukamu mungkin saja kecil, tetapi banyak. Ketakutanku, kamu
tak tahan dengan semua luka itu. Lalu pergi mencari obatnya, sedangkan aku
tersayat luka yang sangat besar, dan mati.
Aku tidak takut mati tanpamu.
Tetapi aku takut hidup tanpamu. Sulit untuk pergi dari sini. Ini rumahku.