Pages

Selasa, 08 Maret 2011

Kebenaran Pikiran #2

Lanjutan dari kebenaran pikiran #1
------------------------------------------
Dan akhirnya dengan mengumpulkan seluruh keberanian dan membuang segala rasa gengi yang ada aku mulai mengsms dia. Tanpa basa-basi langsung kuketikkan ‘iya’ di layar handphoneku. Aku tak mau basa-basi lagi. Dia agaknya kebingungan dengan smsku tapi lama-kelamaan dia paham apa yang kumaksudkan. Kemudian dia mengulangi kembali kata-kata yang dia ucapkan dikelas waktu itu. Dia menyatakn perasaanya lagi lewat sms. Dan untuk menjawabnya aku di beri dua pilihan ‘ya’ berarti aku dapat tiket vierra dan ‘tidak’ berarti aku mandapat tiket nonton dmasiv. Tentunya sesuai niat awalku, ku jawab ya.
Nada di smsnya menunjukan kalau dia senang mendapat jawabanku. Bahkan dia sempat menanyakan itu serius atau tidak. Dia mengulangi apakah aku benar-benar yakin melepaskan tiket dmasiv. Akupun mengiyakan.
Sebenarnya rasa mengganjal kembali muncul. Dia memberi pilihan yang sangat aneh. Bukanya aku bilang nonton vierra ataupun dmasiv itu merupakan hal yang aneh. Tapi dia tahu aku sangat menyukai salah satu personil dmasiv. Seharusnya dia memberikan pilihan ‘ya’ untuk tiket dmasiv dan ‘tidak’ untuk tiket vierra. Itu kalau dia menginginkanku mengatakan iya tentunya. Namun seperti biasa. Olma gadis yang lebih suka membuang semua pikiran negatifnya atau kata lain dia membohongi dirinya sendiri.

***
Waktu berjalan begitu cepatnya. Begitu juga perjalanan cintaku dengan seorang Awan. Banyak hal yang masih belum aku mengerti dengan dia. Aku terkadang mau , sangat mau dia menceritakan semua tentang dirinya tanpa aku minta. Aku mau dia meminta pendapatku dikala dia sedang gundah. Namun tak semudah itu aku mendapat kepercayaan darinya untuk menjaga semua rahasianya.
Sebenarnya aku mungkin bisa memintanya untuk membuka diri padaku. Seperti halnya dia memintaku speak-up dan lebih terbuka denganya. Aku sendiri sudah lumayan mencoba membuka diri. Walaupun pada kenyataan, apa yang aku lakukan tak seberapa buatnya. Karena buatku melakukan satu hal itu sangat sulit, sedikit saja membuka diri rasanya akan membuatku lebih bingung dengan masalah yang aku hadapi. Rasanya masalahku akan lebih rumit. Memang setiap kali aku mengatakan masalahku dengan seseorang, secara otomatis masalah itu akan menjadi besar dengan sendirinya. Seperti halnya aku menebar pengembang pada adonan. Aku akan lebih punya beban. Dan aku merasa diriku akan mendramatisir semuanya. Entah aku akan menangis karena memikirkan masalahku sendiri yang sebenarnya tak terlalu besar. Berbeda dengan, jika aku lebih memilih menyimpan rapat-rapat masalahku. Rasanya sebesar apapun masalah itu akan lebih aku buat mudah. Tanpa harus menangis-nangis ria seperti anak kecil yang hanya kehilangan sebuah permen saja. Dengan begini aku lebih bisa tegar dan mandiri dalam menyelesaikan semua kendala yang ada di hidupku. Tapi dengan aku membuka diri dengan seseorang saja, setidaknya aku juga belajar untuk lebih mempercayai orang lain untuk menjaga rahasiaku.


-----------------
Masih lanjut Kebenaran Pikiran #3

0 comments:

Posting Komentar