Pages

Selasa, 23 November 2010

Surat yang belum tersampaikan

Time line: saat gu jun pyo memutuskan geum jan di

untuk Gu jun pyo,

hah, biarkan aku menghela udara sebentar. Sebelum mengutarakan semua hal.

Membuat surat ini, mungkin adalah hal sia-sia. Dan aku tahu surat ini hanya punya sedikit harapan untuk sampai ditempatmu. Cukup untuk mengeluarkan semua hal yang masih kusimpan. Itu akan membuatku tidak terbebani.

Selama ini akulah yang pertama jatuh hati padamu. Sejak kapan? Aku tidak tahu pasti. Tapi ingatanku selalu membawaku pada saat kamu meminta nomor handphoneku saat itu. Aku ingat sekali. Waktu itu aku menuliskan angka-angka di atas buku yang kau sodorkan. Aku sebenarnya penasaran. Untuk apa coba kau memintanya. Dan sempat terbesit bahwa kau menaruh hati padaku. Walaupun setelah ku tahu belakangan. Aku salah mengartikan.

Masih di hari yang sama. Sepulang sekolah. Seperti biasa aku menjalani rutinitasku. Sambil menanti handphoneku berdering menandakan ada pesan masuk. Bukan dari siapa-siapa. Tapi darimu. [Sekarang, Aku menyebutnya harapan bodoh yang akan menceburkanku kedalam kegeeran yang begitu dalam.]

Dan tiba-tiba. . Dugaanku benar. Tepat malam itu. Ada pesan masuk dari nomor yang tak kukenal. Aha, dan ku tahu itu kau.
Aku agaknya lupa entah persis setelah itu. Atau terjadi diwaktu lain. Kau mengirimkan pesan iseng. Yang sedang tren saat itu. Tapi kau melakukan kesalahan. Kau mengirimkan pesan yang mana aku mengartikan itu sebuah pernyataan cinta. Wuah, perasaanku campur aduk. Bingung, kaget, dan penasaran. Oke, aku mengakui juga ada sedikit rasa bahagia. Yang bisa membuat jantungku berdebar. Kau tahu, malam itu kau membuatku tidak bisa tidur. Dan aku harus bersusah payah untuk mengistirahatkan pikiranku dari pertanyaan yang masih menggelayuti.

Mulai dari itu, aku menyimpan perasaanku padamu.

Parahnya, aku termasuk kedalam tipe gadis setia. Itu membuat semakin hari perasaanku mengembang seperti adonan kue yang diberi soda. Tapi aku tak ada niat sedikitpun untuk memilikimu. Karena aku tak terbiasa untuk berharap. Aku lebih suka memandangi sendiri apa yang aku sukai. Hanya di pandangi bukan dimiliki.

Walaupun terkadang ada rasa cemburu saat kau terang-terangan menyukai gadis lain. Tapi itu adalah sensasi tersendiri buatku.

Sampai pada suatu hari, aku yang dipojokkan oleh teman-teman dengan terpaksa menyatakan perasaanku denganmu.

Sampailah aku pada saat kau memintaku menjalin hubungan. Walaupun masih saja aku bertanya-tanya. Tapi aku mau mencoba menjalani.

Aku merasa dalam perjalanan kita yang tidak singkat juga tidak lama. Akulah yang begitu banyak merepotkan. Apalagi dengan beberapa kecerobohanku dan kebiasaan burukku. Tapi kau masih saja mau bersabar. Terimakasih untuk itu.

Ehm. Aku sedikit kecewa. Karena kau mengakhiri semuanya dengan alasan sebodoku [baca:cuek]. Padahal jauh dari itu semua, aku lebih suka kau mengakui segalanya. Tentang usahamu yang mencoba menjalani hubungan denganku. Tapi malah tidak bisa membuatmu bahagia karnaku.
Aku benar-benar minta maaf. Karena kau sudah terjebak dalam kubanganku.

Satu hal terakhir. Aku juga minta maaf. Atas sikapku yang mungkin buatmu adalah kekanak-kanakan. Mulai aku suka menghindar sampai menghapusmu dari accountku. Itu hanya untuk supaya kau tidak terusik ulahku nantinya.

Makasih untuk semuanya.
Dan sekali lagi maaf.

Geum Jan Di

0 comments:

Posting Komentar