Pages

Rabu, 09 Februari 2011

Different way to love her

Haha aneh sekali. Aku bisa tersesat di account facebook. Padahal sesarusnya aku berada di fanfic card captor sakura. Ya sudahlah, lagipula ini tulisan pertamaku buat sakura.

Disclaimer: sepenuhnya sakura kinomoto, li syaoran, touya, tomoyo, dan kero adalah milik CLAMP. Tapi " different way to love her" belong to avkha olifia [baca:me, sama saja]

touya POV
"monster, sarapanya sudah siap. Cepatlah turun", teriakku dari bawah tangga sambil mendongakkan kepala ke atas. Berusaha melihat kamarnya.
"iya! Sebentar lagi aku turun",sahutan suara dari atas. Dan akupun menganggukkan kepala dan berjalan menuju meja makan.

Disana seorang pria memakai kacamata tengah duduk sambil membaca koran.

"ohaiyo otosaan.", sapaku sambil mendudukkan tubuhku disampingnya.

"ohaiyo toya. Sakura mana?"

"belum selesai berkemas. Sepertinya dia semakin centil saja. Apa mungkin pengaruh dari anak berambut coklat itu?", aku mendengus kesal. Selalu begitu setiap kali aku mempergoki mereka berdua rasanya membuatku jengkel saja. anehnya aku tidak tau kenapa. Apalagi akhir-akhir ini aku lihat sakura sudah mulai berdandan dan memakai minyak wangi saat berpergian. Itu yang membuatku bingung. Padahal setahuku sakura tidak begitu suka dengan wangi-wangian. Itu semua berubah semenjak ada anak laki-laki pindahan dari Hongkong bernama li syaoran.

mungkin aku mencemaskan keberadaan adikku satu-satunya saat bersama syaoran. Maklum anak abg jaman sekarang susah sekali dikontrolnya. Juga kebiasaan mereka yang sering kali jalan berdua. Kencankah? Sepertinya begitu tapi setelah aku pastikaan dengan yang bersangkutan-sakura. Dia hanya menggeleng. Pertanda kesimpulanku salah. Dan mereka hanyalah sebatas teman. Tapi tetap saja aku harus mengawasi gerak-gerik mereka. Siapa tahu, mereka khilaf. Bisa gawat kan.

Ah. Kenapa bisa berpikiran kemana-mana.

Ayah hanya tersenyum mendengar pertanyaanku dan kemudian menggelengkan kepala.

***

sore yang melelahkan. Setelah seharian bekerja rasanya otot-otot mulai menegang. Sepertinya enak juga, sampai dirumah langsung berendam air panas. Apalagi di permulaan musim dingin seperti ini.

Kakiku terus saja melangkah. Walaupun santai tapi lumayan cepat juga. Terkadang diselingi tendangan kebeberapa kerikil yang lumayan besar.

Plak.plak. Plaakk.

Aku terhenti. Melihat seorang gadis berdiri tepat di depan rumah. Dan seorang pemuda yang masih memegang tangan gadis itu. Mereka bertatapan. Lalu. .

"sakura-chan!", reflek aku memanggil namanya dengan setengah teriak.

"oo..on.oni?",sakura kaget dengan keberadaanku. "sudah pulang?"

aku hanya diam. Kemudian jalan mendekati sakura dan menarik tanganya. Membawanya masuk rumah.

Sakura memberontak. Mencoba melepaskan tanganya dari genggamanku. Dan baru pasrah setelah berada didalam rumah.

Aku melepaskan tanganya.

Wajahnya menampakan kekesalanya karena tingkahku. Matanya berkaca. Mungkin karena membendung tangis.

Sakura diam sejenak dengan memandangiku. Lebih tepatnya mempelototiku. Dan dia lari menaiki tangga menuju kamarnya.

***

makan malam yang berlangsung terasa sepi. Hanya ada aku dan sakura. Ayah kebetulan baru ada tugas keluar kota.

Tetapi kami hanya saling diam. Fokus dengan makanan yang kita makan. Tak ada sedikitpun pembicaraan. Mungkin sakura masih marah. Terlihat dari guratan-guratan otot di lehernya.

Selesai makan. Sakura langsung bangkit dari duduk dan membereskan sisa makanan yang ada. Kemudian langsung ke kamar.

Hah. . Akupun juga masuk kekamar. Disana aku merebahkan diri di kasur.

Aku sebenarnya merasa bersalah terhadap sakura. Tidak seharusnya aku menyeretnya masuk rumah. Tapi apa daya, aku sedang jengkel melihat mereka berdua begitu. Walaupun itu masih dalam batas kewajaran.

Tidak, aku benar. Bukankah mereka hanya berteman. Dan itu bukan cara berteman yang baik.

Kenapa juga sakura mau digandeng dengan si rambut coklat itu. Biasanya saja, kalau mau aku gandeng. Dia lebih banyak menolak.

Bodoh, kenapa aku jadi iri begini sama syaoran. Apa mungkin aku cemburu dengan kedekatan mereka yang cukup mengurangi intensitas ketemuanku dengan sakura. Setiap mereka berkencan.

Dueer.duerr.duerr

suara petir yang membuyarkanku dari lamunan. Ternyata diluar sudah hujan deras. Biasanya, saat seperti i-ini.

Aku berlari menaiki tangga menuju kamar sakura. Dengan nafas sedikit terengah-engah, aku membuka pintu kamar sakura.

Diatas kasur, tidak ada. Di mana sakura?

"sakura-chan?",teriakku.

Tiba-tiba kursi belajar bergeser sedikit.

Kemudian dengan cepat aku menjauhkan kursi dari mejanya. Dan. .

Aku menemukan gadis kecil meringkuk dibawah meja. Dengan memeluk lututnya. Dia menangis ketakutan.

"sakura?",aku lalu merengkuhnya dalam pelukan. Diapun menangis sejadi-jadinya.

Syukurlah kau tak apa-apa.

***

aku melihat sakura tertidur pulas dalam pelukanku.

Dasar kau monster keras kepala tapi penakut.

THE END

0 comments:

Posting Komentar